Kamis, 13 Oktober 2011

Konflik Sosial dalam Masyarakat : Menentang Kebijakan Negara


Nama                           : Irfan fauzi
NPM                             : 33410600
Mata Kuliah                : ISD


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.          Latar Belakang
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.




 Gambar di atas, menjelaskan keadaan factual yang terjadi di dalam konflik social di Negara ini. Tentang perilaku manusia yang muncul akibat dari perbedaan pendapat. Demonstrasi yang dilakukan untuk menentang kebijakan negara adalah salah satu bentuk perbedaan pendapat dan kepentingan antara kelompok masyarakat dengan negara atau dengan kelompok lainnya. Fenomena ini termasuk dalam kategori konflik, walaupun tidak mengarah kepada pertentangan fisik. Konflik juga dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama. Suatu ketidakcocokan belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik bilamana salah satu pihak tidak memahami adanya ketidakcocokan tersebut (Robbins, 1996).

1.2.         Tujuan
Konflik adalah suatu peristiwa / aktivitas yang sudah dikenal sejak permulaan sejarah umat manusia. Konflik dan perubahan merupakan dua hal yang berkaitan erat satu sama lain. Konflik menimbulkan perubahan dan perubahan menimbulkan konflik. Hellriegel dan Slocum menunjukkan adanya tiga macam tipe dasar tujuan konflik:
  1. Konflik tujuan (goal conflict)
Terjadi bila hasil akhir yang diinginkan atau hasil yang dipreferensi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
  1. Konflik cognitif
Muncul bila individu-individu menyadari bahwa pemikiran mereka atau ide mereka tidak konsisten satu sama lain.
  1. Konflik efektif
Muncul bila perasaan atau emosi tidak sesuai satu sama lain (tidak harmonis).
Berbagai macam konflik yang terjadi pada kehidupan masyarakat pada akhirnya ingin menemukan berbagai macam solusi dengan masalah yang terjadi saat ini agar sesuai dengan harapan yang di inginkan dimasa depan. Meskipun konflik social merupakan hal yang tidak patut untuk dilakukan dalam memecahkan suatu masalah.
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi. Masyarakat melakukan apresiasinya dengan mengadakan demonstrasi sebagai wujud dari pengaplikasian konflik yang tidak sinkron antara keinginan masyarakat dengan kebijakan Negara.

 1.3.         Sasaran
Realita yang terjadi pada Negara ini melibatkan beberapa aspek penting dalam system masyarakat. Masyarakat yang ingin menyelesaikan konflik ini harus bisa membangun struktur organisasi yang baik, mengatur strategi pengajuan konflik agar nantinya pesan yang ingin disampaikan dapat diterima baik oleh Pemerintah.
Target utama dalam konflik social ini ialah Pemerintahan. Masyarakat ingin memberitahukan bahwa terjadi sisi ketidak adilan dari kebijakan yang dibuat Pemerintah tersebut. Banyak kebijakan yang tidak dilandasi dengan kebutuhan masyarakat.                





  

Gambar diatas menunjukkan apresiasi masyarakat menolak kebijakan anti kapitalisme di Negara ini. Sasaran tertuju kepada Pemerintahan yang harus mendengarkan keluhan rakyatnya. Dalam demokrasi ini, strategi tersusun dengan baik, dapat dilihat susunan desain visual “Anti-Capitalists Are Everywhere” masih dalam aspek positif dan tidak merugikan pihak lain. Begitulah seharusnya organisasi melakukan aplikasi konflik agar konflik tidak terus terjadi melainkan menjadikan rakyat sejahtera.
 


BAB II
PERMASALAHAN


Analisis permasalahan Konflik Sosial ini terjadi dalam masyarakat yang menginginkan keadilan pada Kebijakan Negara, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi organisasi internal maupun eksternal yang dapat dilihat dari aspek-aspek berikut :

2.1.     Kekuatan (Strength)
Dalam menyelesaikan konflik ini, menyebabkan orang mencari cara untuk mengubah hal yang sedang berlaku. Dengan demikian proses penyelesaian konflik dapat menyebabkan distimulasinya perubahan positif di dalam organisasi yang bersangkutan. Wujud dari penyelesaian konflik ini akan berbuah fikiran individu dalam organisasi untuk menemukan solusi terbaik dalam mengapresiasikan keinginan mereka terhadap kebijakan Pemerintah.
Ilmu Psikologis mengatakan amarah individu yang diaplikasikan pada demonstrasi ini dapat menghasilkan kekuatan positif dalam diri mereka, yaitu membela kebenaran, mengatakan apa yang seharusnya dikatakan bahwa keadaan saat ini Pemerintah tidak memperhatikan rakyat kecil.

2.2.     Kelemahan (Weakness)
Konflik Sosial ini memiliki kecenderungan untuk mengalihkan upaya dari pencapaian tujuan. Sumberdaya organisasi dalam masyarakat menyelesaikan masalah konflik ini dengan mengadakan tindakan agresif yang dapat merugikan pihak lain. Dari sisi biaya, kesehatan para pendemonstrasi, bahkan para pengguna jalan yang merasa terganggu dengan adanya konflik tersebut.
Menurut penelitian aksi konflik yang negatif akan dapat menimbulkan perasaan tidak senang, timbulnya ketegangan dan ketidaktenteraman dalam masyarakat. Menentang kebijakan Negara misalnya, dalam mengadakan demo besar-besaran di Bundaran HI, dengan membakar ban bekas sebagai tanda kemarahan masyarakat, ini merupakan salah satu contoh konkrit yang terjadi dalam masyarakat.
Konflik Sosial ini juga akan berakibat fatal apabila aksi yang dilakukan tidak mematuhi peraturan yang ada, terkadang para individu tidak dapat mengontrol emosi mereka, hingga berakibat kericuhan yang dapat merugikan organisasi bahkan Pemerintah. Contohnya ialah  jika sampai ada korban jiwa akibat penolakan kebijakan ini akan menghasilkan kerugian bagi indvidu itu sendiri dan Negara yang patut bertanggung jawab.

2.3.     Peluang (Opportunity)
Peluang terjadinya suatu konflik, menurut Anoraga (dalam Saputro, 2003) suatu konflik dapat terjadi karena perbendaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan, dan perasaan sensitif.
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain. Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
Baron & Byrne (dalam Kusnarwatiningsih, 2007) mengemukakan konflik disebabkan antara lain oleh perebutan sumber daya, pembalasan dendam, atribusi dan kesalahan dalam berkomunikasi.
Begitu banyak peluang terjadinya konflik dalam masyarakat, hanya tinggal individulah yang memerlukan kesadaran tinggi untuk menjaga hati nurani untuk bersikap sabar dan adil dalam mengambil suatu keputusan.

2.4.        Tantangan (Threats) 
            Berbagai macam konflik yang terjadi tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah. Bagaimana membenahi system kebijakan yang tidak merugikan pihak manapun. Suatu konflik juga dipandang sebagai kesempatan individu untuk berinteraksi secara bebas, menyuarakan pendapatnya kepada Pemerintah, merupakan suatu tantangan bagi individu tersebut untuk menjadi pribadi yang berkualitas dan dapat mengapresiasikan suaranya demi keadilan.
Konflik social yang terjadi akan berakhir dengan terputusnya komunikasi interaksi antara organisasi tersebut. Hal ini menjadi tantangan kepada Organisasi, untuk tetap teguh pada visi dan misinya untuk mengapresiasikan keadilan.


BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1.     Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia. Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih.
Konflik pada dasarnya merupakan bagian dari kehidupan sosial, karena itu tidak ada masyarakat yang steril dari realitas konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
 Suatu konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya komunikasi interaksi itu sendiri. Konflik timbul dalam berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri seseorang individu, antar individu, kelompok, organisasi maupun antar negara.
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group) yang mengalami  konflik dengan kelompok lain; (2) keretakan hubungan antar kelompokyang bertikai; (3) perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dan lain-lain; (4) kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
Sedangkan strategi yang dipandang paling efektif, antara lain: (1) tujuan sekutu besar, yaitu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkonflik ke arah tujuan yang lebih besar dan kompleks. Misalnya dengan cara membangun sebuah kesadaran nasional yang lebih mantap; (2) tawarmenawar integratif, yaitu dengan menggiring pihak-pihak yang berkonflik, untuk lebih berkonsentrasi pada kepentingan yang luas, dan tidak hanya berkisar pada kepentingan sempit, misalnya kepentingan individu, kelompok, golongan atau suku bangsa tertentu.
3.2.    Rekomendasi
                Dengan adanya konflik yang terjadi sebagai apresiasi dalam pengajuan keamarahan masyarakat dalam ketidak adilan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah, sudah selayaknya Pemerintah mengevaluasi dini mengenai system kerja mereka dengan melihat permasalahan yang terjadi pada orde ini.

3.3.    Referensi
                http://www.crayonpedia.org/mw/bab 6 konflik sosial
http://www.dpr.go.id/id/berita/pansus/2011/okt/03/3174/konflik-sosial-disebabkan-ketidakadilan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar